Senin, 26 Agustus 2013

Kamulyaning Urip

"Kamulyaning urip dumunung ana tentreming ati", demikian tertulis di salah satu panel di tembok rumah makan Soto Kadipiro. Tulisan itu dalam aksara Jawa, sehingga perlu waktu hampir sepuluh menit untuk memahaminya. Maklum sudah puluhan tahun sejak terakhir aku belajar aksara Jawa, baru kali itu ketemu lagi.  Sambil menikmati soto yang terkenal di Jogjakarta itu, tulisan itu terus mengiang di dalam pikiran.

Kemuliaan hidup terletak dalam ketentraman hati, demikian kira-kira artinya. Tidak pada harta benda yang dimiliki, tidak pada pangkat yang tinggi, tidak pada banyaknya teman dalam kehidupan ini, bahkan tidak dari iman dan takwa yang diajarkan oleh agama manapun. Semua kemuliaan berasal dari ketentraman hati yang bebas dari ancaman maupun dogma, kebebasan untuk menjadi makhluk Tuhan yang baik dan berguna bagi sesama dan semesta. Sebuah kalimat sederhana namun sangat mengena, dan benar adanya.

Ketentraman hati ternyata tidak dapat ditimbulkan oleh hal-hal di luar diri, misalnya: harta, pangkat, teman, saudara, agama dan lainnya. Dia sudah ada di dalam hati kita masing-masing, hanya tinggal menemukannya melalui keheningan pikir dan keheningan jiwa. Menemukan ketentraman hati merupakan hakekat dalam hidup, karena itulah kebahagiaan sejati. Kebahagiaan yang tidak tergantung oleh unsur2 eksternal tadi, kebahagiaan yang hanya ada dalam kalbu yang terdalam, tidak mudah tergoyahkan oleh apapun. Ketentraman hati adalah kesejatian hidup, dan kesejatian inilah kemuliaan dalam kehidupan.


Sore di Volks Kaffee
Di musim panas ini nyamuk mulai berdatangan
26 Agustus 2013

Tidak ada komentar: