Jumat, 02 Juli 2010

Diskusi singkat tentang ma'rifat

Temanku kirim email dan menanyakan apa itu ma'rifat dan pengalaman ma'rifat. Dari pengetahuanku yang terbatas, kucoba menjawab secara singkat apa yang kuketahui tentang kedua hal itu.

" ... Mas Gareng kinasih,

Setahu saya ma'rifat itu salah satu tingkatan ilmu "surgawi" yang sering dianggap sebagai tataran tertinggi, meski di paham lain ada juga yang menganggap "ajimat" adalah tataran di atasnya. Tingkatan ilmu tertinggi ini mempelajari tentang kesatuan antara manusia dan Allah atau "kemanunggalaning kawula - Gusti". Ilmu ini dipelajari pada tarekat Nakhsabandiyah, juga oleh para sufi, seperti halnya Syekh Siti Jenar. Tataran "ilmu surgawi" adalah: syariat, tarekat, hakikat dan marifat (sebagai pengetahuan yang tertinggi). Dalam syariat (sebagai ilmu paling dasar) digambarkan bahwa kata "Allah" dalam tulisan Arab terdiri dari alif-lam-lam-ha. Alif adalah satu, berdiri sendiri, merupakan awal, artinya Allah adalah awal dari segala sesuatu, awal dari alam semesta, dan alif terpisah dari lam-lam-ha karena Allah pencipta semesta. Dalam hakikat, alif maujud dalam lam-lam-ha, dan Sayidina Muhammad adalah pengejawantahan dari Allah, seperti Yesus adalah sisi kemanusiaan dari Allah Bapa. Dalam marifat sebagai pengetahuan tertinggi, alif dan lam-lam-ha adalah satu, sebuah kesatuan tanpa awal dan akhir. Di Kristen dipahami bahwa Alpha dan Omega menyatu sebagai sebuah lingkaran. Penyatuan inilah yang disebut manunggaling kawula-Gusti.

Perbedaan utama antara pandangan syariat dan ma'rifat terletak pada keberadaan Allah, karena dalam manunggaling kawula - Gusti, Allah bukan 'berada' di luar sana, tapi dalam diri manusia. Pandangan ini, seperti pada sufisme, akhirnya memahami bahwa untuk menjumpai Allah, manusia hanya perlu masuk ke dalam dirinya sendiri (journey within). Syekh Siti Jenar dibunuh oleh para Wali Sanga karena mengajarkan ilmu pengetahuan ini, ilmu tentang rahasia alam semesta, ilmu yang secara singkat diekspresikan sebagai: "Akulah Allah".

Seandainya aku tafsirkan secara bebas tentang ajaran Yesus, maka ma'rifat sejalan dengan ajaran Yesus yang mengatakan bahwa Kerajaan Allah ada dalam hatimu, bukan dimana-mana. Manusia seperti Yesus adalah satu pribadi dengan Allah Bapa, dan untuk menuju ke Bapa, perlu melalui Yesus sang Anak Manusia. Artinya, kita hanya perlu memahami manusia untuk memahami Allah, karena manusia adalah citra Allah. Yesus (manusia) adalah jalan menuju Bapa. Sehingga manusia hanya perlu masuk melalui kita sendiri (manusia) untuk menjumpai Allah Bapa yang bertahta dalam KerajaanNya, di dalam batin kita sendiri. A journey within. Juga Buddhisme yang mengajarkan untuk menemukan Sang Buddha dalam diri kita (buddha within). Demikian juga dalam Hinduisme, manusia (atman) adalah percikan Brahman. Percikan api adalah api itu sendiri.

Karena yang diperlukan adalah 'a journey within', maka dengan begitu, pengalaman ma'rifat merupakan pengalaman pribadi dalam bertemu dengan 'Allah'. Pengalaman ini unik, karena sangat pribadi sifatnya, tergantung dari pengalaman hidup masing-masing, dan peristiwa2 yang menjadi titik balik kehidupan, yang membawa pribadi itu ke dalam pengalaman pertemuan (penyatuan) tersebut. Pengalaman ini bukan sebuah "ilmu" yang berarti hanya pemahaman, tapi peristiwa yang dialami dan membawa transformasi batin seseorang, sehingga seluruh hidupnya akan berubah. Menurutku ma'rifat tidak lagi bisa dilakukan secara berjamaah seperti dalam syariat, namun sudah masuk ke dalam diri masing-masing yang sifatnya sangat pribadi. Karena itulah Mahatma Gandhi pernah berkata yang kira-kira artinya seperti ini: " .. kalau jumlah manusia di bumi ini ada (misalnya) tiga milyar, maka jumlah agama seharusnya ya tiga milyar itu. Bukan hanya Hindu, Kristen, Islam, Buddha .. "

Mudah-mudahan membantu. Silahkan teruskan diskusinya jika masih diperlukan ..

Salam,
Agus ... "

pagi hari setelah semalam Belanda menang atas Brazil
3 juli 2010

Tidak ada komentar: