Selasa, 04 Maret 2008

Mendengarkan

Disarikan dari berbagai sumber

Seringkali kita melihat bahwa dalam suatu pembicaraan, lawan (teman) bicara kita sudah menyiapkan suatu jawaban meski kita belum selesai bicara. Dia juga tidak memperlihatkan tanda-tanda sedang mendengarakan dengan baik. Misalnya lagi dalam suatu diskusi, ketika kita bicara, yang lain tidak mendengarkan, bahkan bicara sendiri dengan kawan sebelahnya. Apa yang kita rasakan menghadapi suasana seperti itu? Jengkel, marah, benci, kecewa, merupakan beberapa perasaan yang biasanya muncul.

Untuk mampu menciptakan hubungan yang lebih berarti dengan orang lain, diperlukan ketrampilan dalam “mendengarkan”, karena mendengarkan merupakan unsur yang penting bagi hubungan yang sehat dan positif dengan orang lain, dengan Tuhan, alam, atau apapun yang anda inginkan. Mendengarkan dengan baik memerlukan latihan sungguh-sungguh. Diperlukan ketenangan dan kesabaran, misalnya, tidak serta merta menjawab setiap pertanyaan, namun berhenti sejenak dan memeriksa bagaimana perasaan kita terhadap pertanyaan tersebut. Dalam sebuah pembicaraan, diperlukan ‘diam’ yang sebenarnya sama pentingnya dengan ‘bicara’.

Menurut berbagai studi, kita menggunakan 50% dari waktu ‘bangun’ (awake) kita sehari-hari untuk mendengarkan. Baik mendengarkan orang tua, teman kantor, penjaga toko, atasan, radio, telpon, dan sebagainya. Jadi kalau kita tidak mampu mendengarkan dengan baik, kita telah menghabiskan dengan percuma 50% dari waktu kita sehari-hari. Biaya atas ‘mendengarkan dengan buruk’ juga bisa besar, misalnya dokter yang melakukan malpraktek karena salah diagnosis akibat ketidakmampuan dia mendengarkan keluhan pasiennya. Dokter itu lebih senang membayar tinggi pengacara, daripada mendengarkan dengan baik kepada pasiennya, yang tidak memerlukan biaya apapun. Begitu pentingnya mendengarkan dengan baik, mendengarkan dengan penuh kesadaran, karena bisa membuat hidup kita menjadi jauh lebih berarti.

‘Mendengar’ dan ‘mendengarkan’ adalah dua hal yang berbeda. ‘Mendengar’ adalah kegiatan fisik dimana ada gelombang suara yang sampai ke gendang telinga dan merangsang saraf pendengaran. ‘Mendengarkan’ merupakan kegiatan yang jauh lebih kompleks. Huruf Cina untuk ‘mendengarkan’ merupakan gabungan dari tiga huruf: ‘telinga’, ‘mata’ dan ‘hati’. Ini merupakan gambaran dari kompleksnya kegiatan ‘mendengarkan’, yang secara aktif terdiri dari: penuh kesadaran, mendengar, melihat isyarat, memilih dan menyusun informasi, mengartikan komunikasi, menjawab, dan mengingat. Ketiga organ tubuh tersebut (telinga, mata dan hati) harus selalu aktif untuk dapat mendengarkan dengan baik.

Pada dasarnya ada tiga kualitas yang diperlukan dalam mendengarkan dengan baik (mendengarkan dengan ‘dalam’). Pertama, memahami bahwa hening, diam, adalah penting. Anda tidak bisa mendengarkan bila anda berbicara, meski pembicaraan yang anda lakukan itu berada dalam kepala anda sendiri. Kualitas kedua adalah refleksi. Harus ada refleksi tentang apa yang sudah dikatakan dan apa artinya. Apa nuansa kalimat yang tadi diucapkan? Apakah kalimat yang diucapkan itu sama artinya dengan apa yang dimaksud? Apakah ada arti yang tersembunyi? Kualitas ketiga adalah kehadiran yang utuh. Anda tidak akan dapat mendengarkan bila anda tidak berada di sana secara utuh. Kalau pikiran anda kemana-mana, berarti anda tidak hadir di sana secara utuh, dan dengan begitu anda tidak mampu mendengarkan dengan baik.

Mendengarkan dengan baik tidak selalu kepada orang lain. Kita juga harus bisa menerapkan hal yang sama untuk mendengarkan diri kita sendiri. Kita perlu berlatih mendengarkan kata hati kita sendiri, berkomunikasi dengan jati diri, inner sanctum, spirit, atman yang berada dalam diri kita, dengan penuh kecintaan. Setelah mampu, barulah kita bisa mendengarkan orang lain dengan lebih baik dan penuh kecintaan. Hanya dari mendengarkan dengan baik itulah dapat tercipta hubungan yang baik dengan diri sendiri, dengan orang lain, dengan Tuhan, dengan alam, atau dengan siapapun dan apapun. Hidup kitapun akan tambah berarti.

Meditasi bermanfaat untuk melatih diri agar dapat mendengarkan dengan baik. Karena dalam meditasi, kita melatih banyak hal: menciptakan keheningan dalam pikiran, berada pada saat sekarang, hadir secara utuh baik pikiran dan tubuh, konsentrasi dalam jangka waktu relatif lama, dan mampu mencermati hal-hal yang keluar masuk ke dalam pikiran. Sehingga dalam banyak ajaran seringkali disebutkan, mendengarkan merupakan praktek meditasi yang dalam.

15 April 2004

Tidak ada komentar: