Selasa, 01 April 2008

PASKAH DALAM KEMAJEMUKAN

Paskah merupakan sebuah peristiwa penting bagi peningkatan keimanan Kristen, terutama karena kebangkitan Yesus menunjukkan kelebihan dan kebesaranNya dibandingkan dengan manusia biasa seperti saya, anda, kita, dan semua yang hidup dan pernah hidup di muka bumi ini. Ada hukum alam yang disangkal, yaitu hukum kematian. Hukum alam yang merupakan keniscayaan bagi segenap kehidupan, namun tidak berlaku bagi Yesus. Di situlah Yesus menunjukkan kelebihanNya dibanding dengan manusia yang hidup dalam siklus alam. Di situlah Yesus dianggap sebagai makhluk yang lebih besar keilahiannya, yang mampu lepas bebas dari hukum alam. Yesus bukan bagian dari alam ini, yang juga digambarkan dengan berbagai mukjijat yang diperbuatNya. Nilai keilahian yang diukur dengan bebas dari kematian inilah yang menjadi dasar keimanan Kristiani dalam memandang Yesus sebagai Anak Allah. Hanya dengan tingkat keilahian demikianlah maka hanya Yesus yang mampu menebus segala dosa manusia. Hanya melalui Yesus maka manusia bebas dari dosa dan siap masuk ke surga duduk di sebelah kanan Allah Bapa.

Kitab Suci juga bercerita tentang inti ajaran Yesus, yaitu cinta kasih. Tidak sekedar cinta, namun kasih yang tanpa syarat, bebas dari pamrih, dan tidak mementingkan diri sendiri. Kasih yang diajarkan Yesus ini sama dengan kasih yang diajarkan Buddha Gautama, meskipun dalam kehidupan sehari-hari manusia biasa seperti kita ini, seringkali sukar dipahami namun bisa dilakukan. Kasih yang sesungguhnya teramat besar ditunjukkanNya ketika “menyerahkan nyawanya bagi sesama”. Paulus yang telah mendapat pencerahan mencoba memahami jenis kasih yang demikian ini, dan mencoba menuangkannya dalam definisi menurut alam pikiran manusia sepertinya. Maka kemudian timbul ‘sifat-sifat’ kasih, seperti tertulis dalam surat pertamanya kepada umat di Korintus: “… kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan … dan seterusnya. Meskipun definisi-definisi itu tidaklah cukup menggambarkan kasih yang sesungguhnya.

Sehingga, paling tidak ada dua hal yang esensial dari Kitab Suci: pertama, keilahian Yesus yang membedakan sosok Yesus dari manusia biasa melalui pembebasannya dari kematian; dan kedua, inti ajaran Yesus yang adalah kasih.

Dalam kehidupan yang mempunyai tatanan sosial yang majemuk, konsep penebusan Yesus melalui kematian dan kebangkitannya menjadi agak sukar dipahami. Karena, konsep demikian meninggalkan banyak pertanyaan, misalnya, apakah semua orang harus mempunyai iman Kristiani untuk sampai pada ajaran tentang kasih, atau dengan kata lain, dapatkah seseorang langsung memahami inti ajaran Yesus – kasih – tanpa harus menjadi seorang Kristen. Juga pertanyaan misalnya, apakah ajaran Yesus hanya berlaku untuk manusia beragama Kristen.

Jika ajaran Yesus mendunia dan berlaku untuk semua manusia di dunia ini karena pada dasarnya semua manusia mempunyai kemampuan untuk mengasihi, maka benarkah bahwa konsep penebusan Yesus melalui peristiwa Paskah menjadi tidak mutlak harus terjadi, dan harus menjadi dasar kita mengasihi?

Akhirnya, kasih seharusnya tidaklah harus selalu dikaitkan dengan agama, karena Allah yang menjadi sumber kasih ternyata tidak beragama.


Agus Widianto
Paskah, 2008

Tidak ada komentar: