Rabu, 09 Juni 2010

Buddha dan Kristen

Kami masih di dalam taksi, menuju Kemang untuk sebuah pertemuan. Jalan sore itu macet berat karena sejak siang tadi hujan turun. Entah kenapa, lalu lintas Jakarta begitu rentan terhadap hujan. Barangkali ahli got dan parit di Pemerintahan Daerah sedang sibuk menghitung uang hasil korupsi pembangunan parit sisi jalan, dan melupakan bahwa parit itu belum ada.

Dia sedang membaca sebuah buku tentang persamaan antara dua agama besar di dunia: Buddha dan Kristen, yang aku pinjamkan kepadanya. Dua bunga indah yang ada dalam taman kehidupan ini, katanya menyitir pernyataan dalam buku. Dia bilang sudah sampai pada pembahasan tentang mindfulness, kewaspadaan, atau tingkat kesadaran yang tinggi. Aku mencoba menjawab pertanyaannya, bahwa tingkat kesadaran seperti itu mempunyai dampak luar biasa dalam kehidupan kita. Kesadaran yang ada dalam batin bagaikan sumber cahaya yang menerangi kehidupan. Dalam Buddha disebut "Buddha within" atau dalam Kristen dikenal sebagai "cahaya Roh Kudus", atau "nurani". Segala perilaku kita tidak lagi karena kegelapan pikiran, namun dipandu oleh cahaya yang jernih.

Lalu lintas sore itu benar2 padat. Jam-jam pulang seperti itu seolah menumpahkan seluruh mobil yang siang tadi berada di parkiran kantor, ke jalan raya. Kami hanya bisa berharap agar dapat sampai di tempat rapat pada waktunya.

Diskusi juga merembet pada sebuah keyakinan orang Kristen sepertinya, bahwa agama Kristen menjangkau "sumber" atau "Allah", atau "Pencipta", sedangkan Buddha berada pada wilayah hilir, berhubungan dengan penerapan petunjuk yang didapat dari sumber.

Aku sepakat dalam satu hal bahwa prinsip Buddhisme mengajarkan hal yang lebih pragmatis, dalam hal yang berhubungan dengan pikiran dan kondisi batin di kehidupan sekarang. Buddha merupakan ilmu tentang pikiran, science of minds.

Namun begitu, satu hal yang aku sampaikan bahwa Buddha juga mengajarkan "source" itu ada dalam "diri" kita sendiri. Bukan di luar sana, atau ada di surga di atas langit ke tujuh. Dia ada tepat dalam seluruh sistem kita. Sehingga, Buddhisme dengan begitu mengajarkan seluruhnya, dari hulu sampai ke hilir. Tidak ada pemisahan keduanya, karena begitu kita mengenal hulu, maka hilir hanya manifestasi hulu.

Itu yang aku pahami dan aku sampaikan kepadanya sore itu, tepat sebelum taksi kami memasuki halaman kantor yang kami tuju ..


10juni2010
pagi sebelum ngantor

Tidak ada komentar: