Rabu, 04 Agustus 2010

Tuhan di luar, Tuhan di dalam

Dalam sebuah diskusi di FB baru-baru ini, kami berbincang tentang Tuhan. Sebuah materi diskusi yang tidak pernah habis dibahas dari jaman ke jaman, sehingga sejalan dengan sejarah pencarian manusia, maka Tuhan-pun akhirnya punya sejarah. Cerita perkembangan sejarah Tuhan ditulis dengan baik oleh Karen Armstrong dalam bukunya "A History of God" terbitan Ballantine Books, 1993. Sebuah saga pencarian Tuhan selama 4000 tahun.

Aku menawarkan pandangan bahwa manusia sekarang ini kebingungan.

Manusia sering melihat Tuhan di atas sana, mencipta kita dan semesta, lalu duduk-duduk di singgasana surga sambil mengawasi perilaku ciptaannya. Kalau ada yang berperilaku baik dipuji dan diberi pahala, kalau ada yang buruk perilakunya lalu dihukum. Manusia-lah yang sebetulnya menciptakan hubungan seperti ini, karena hanya itulah pemahaman tentang Tuhan. Jika sudah mati, maka manusia dipilih oleh Tuhan untuk dimasukkan ke surga atau ke neraka sesuai dengan perilakunya di dunia semasa hidup. Ada petugas2 khusus di bawah kordinasi Tuhan yang melakukan pemilihan ini berdasar catatan hidup dan persidangan.

Kebingungan manusia tercipta karena sekarang ini dirinya terpisah dengan Tuhan, terpisah dengan surga dan neraka. Bingung karena tidak tahu sebetulnya dia ada dimana. Bingung karena sesungguhnya manusia telah memisahkan diri dari sumber kehidupan sejati. Kesejatian yang dipaksa dipisahkan menjadikan manusia tidak lagi mengenal dirinya, tidak mengenal kesejatiannya, tidak mampu memahami asal muasalnya. Manusia telah terpisah dari energi yang menghidupinya, terpisah dari sumber kasih, dan terpisah dari kemanusiaannya.

Keterpisahan dengan sumber kehidupan menciptakan ketakutan yang sangat. Keterpisahan dengan sumber kasih menciptakan kekejaman. Keterpisahan dengan kemanusiaannya menciptakan kejahatan terhadap sesama manusia. Kebingungan juga lalu membuat manusia mencari-cari pegangan, karena tidak memahami apa yang harus dipikirkan dan dilakukan dalam hidup ini. Manusia berada dalam kegelapan batin. Namun demikian, pegangan di dunia ini banyak tersedia, baik yang berbau suci seperti kitab-kitab yang dikeramatkan, tokoh-tokoh yang disanjung-sanjung dan disucikan, sampai pada jumlah angka dalam secarik kertas uang, atau imajinasi yang dikembangkan sendiri dalam pikiran. Begitu banyaknya pegangan yang tersedia, tinggal memilih mana yang disukai dan sesuai dengan keinginannya. Maka, kebingungan bertambah karena satu sama lain berbeda pegangan dan masing-masing ngotot bahwa pegangan yang dimilikinya-lah yang bisa menyelamatkannya dari kebingungan dan ketakutannya.

Kehidupan manusia seperti itulah yang sekarang sedang terjadi, dan dengan semakin banyak tersedia pegangan untuk hidup, semakin bingung-lah manusia-manusia sekarang. Kesibukan mencari pegangan (buat diri sendiri) semakin menjauhkan manusia dari rasa kebersamaan, rasa persaudaraan, rasa kasih terhadap sesama, rasa bahwa manusia adalah satu. Yang semakin subur berkembang adalah mementingkan diri dan kelompoknya sendiri, rasa bahwa kita sangat berbeda, bahwa saya paling benar yang lain salah dan kalau perlu dibasmi agar tidak mempengaruhi pegangan saya.

Semua pemahaman fundamental ini akan berubah total seandainya kita paham bahwa Tuhan ada di dalam diri kita. Sumber kehidupan, sumber segala kasih, sudah ada di dalam, tinggal kita menemukan dan mempersilahkannya menuntun kehidupan kita. Segala rasa terasing, segala ketakutan akan lenyap dengan sendirinya.

Silahkan mencoba.



kemis kliwon
5 agustus 2010
masih di rumah selesaikan proposal

Tidak ada komentar: