Minggu, 04 April 2010

Kematian yang dibutuhkan

Hari Sabtu siang aku ikut mengantar jenazah Letjen TNI (Purn) Ashari Danudirjo ke liang lahat di Tonjong Bogor, yang wafat Jumat sore. Di KOMPAS hari ini ada sedikit riwayat hidup beliau yang menurutku hebat, seperti menjadi Dubes RI, Menteri, banyak bintang penghargaan dari negara, dan sederet kepeloporan beliau di bidang olahraga air, dan penyelamatan lingkungan hidup terutama satwa. Pemakamannya- pun diiringi upacara militer penuh, dengan inspektur upacara seorang jendral berbintang dua. Beliau dimakamkan di samping istrinya tercinta yang mendahuluinya empat tahun lalu. Aku ada di situ karena beliau salah satu paman istriku. Sabtu pagi aku dan istriku melayat ke rumah beliau di Jl. Padang. Kuamati sejenak jenazah yang terbujur, wajahnya kelihatan damai, namun memang terlihat lebih kurus dengan alis yang sudah banyak beruban. Saat itu kulantunkan doa agar beliau mendapatkan kebahagiaan dalam kehidupannya yang sekarang ini.

Kematian dimana-mana selalu menyedihkan banyak orang, karena banyak sebab, namun terutama karena memori dalam pikiran. Yang diperbuat oleh orang lain adalah mencoba mengingat apa yang telah diperbuat almarhum pada masa hidupnya. Bahkan seperti kata temanku, seorang budayawan yang kebetulan ketemu di pemakaman setelah lebih setahun tidak ketemu, mari kita bicarakan hal-hal yang baik saja dari beliau. Apa yang sudah dirintis, dipelopori, diperjuangkan, dan patut dijadikan suri tauladan buat kita yang masih hidup. Memori yang kita simpan biasanya yang baik, yang memberi kompensasi terhadap rasa sedih karena kehilangan almarhum. Bahkan ajaran-ajaran semasa hidupnya perlu kita kaji ulang dan kita jadikan panduan untuk dapat hidup seperti beliau. Bukan memori tentang penderitaan semasa sakit di rumah sakit, atau kesakitan semasa almarhum kesulitan buang air, atau rasa ketika sesak nafas menyerang.

Jumat itu adalah Jumat Agung, ketika umat Katolik seluruh dunia memperingati kematian Yesus. Berbeda dengan kematian Om Ashari, kematian Yesus barangkali tidak menyedihkan banyak orang. Kematian Yesus dibutuhkan, karena hanya dengan kematiannya itulah seluruh umat diselamatkan dan dijamin kehidupan dunia akhirat. Yang dikenang adalah kesengsaraannya, proses berdarah-darah yang digambarkan dengan rinci, sampai tarikan nafas terakhir di kayu salib. Sebuah sms masuk ke ponselku tadi pagi: " ... karena bilur-bilurnya kita disembuhkan ... "

Aku masih terus mencoba memahami pandangan orang-orang Katolik terhadap kematian Yesus.

Selamat Paskah.


sore dirumah,
minggu paskah 2010

Tidak ada komentar: