Minggu, 25 April 2010

Pesta dan kehidupan

Tadi sore aku menghadiri sebuah pesta (perkawinan) di sebuah gedung yang mewah.

Sebuah pesta selalu menarik untuk diamati. Tetamu datang dalam kondisi yang tidak biasanya, karena pada umumnya mereka menggunakan pakaian dan perhiasan yang terbaik. Mereka datang dengan berdua atau dengan anggota keluarga lainnya. Di pesta itu tersaji makanan dan minuman untuk disantap. Para tetamu bisa bertemu dengan berbagai kenalan, ngobrol bersenda-gurau dan nampak kesenangan dalam diri masing-masing, meski ada juga yang tetap bersedih dalam hatinya. Tata hiasan gedung sangat indah dipandang mata. Setelah bertemu dengan kenalan dan sanak keluarga, terutama ketika pesta sudah usai, para tetamu harus pulang satu demi satu.

Aku hanya memikirkan bahwa kehidupan seperti sebuah pesta. Kita masuk ke dalam kehidupan ini dengan sukacita dalam kelahiran. Lalu dalam hidup ini kita saling mengenal satu sama lain, berkawan, bisa bersahabat dan bahkan membentuk keluarga baru. Makanan dan minuman secukupnya juga bisa kita dapatkan dalam hidup ini.

Namun setelah itu, kita harus meninggalkan gedung kehidupan, satu demi satu. Gedung kehidupan yang indah banyak perhiasan ini bukanlah milik kita. Kita tidak dapat membawa apapun ketika meninggalkan gedung. Tidak juga hiasan2 indah itu. Kita pulang seperti sewaktu kita datang. Kita tidak boleh menginap di gedung itu, dan harus pulang.

Pada waktu meninggalkan gedung kehidupan ini, kita kembali ke rumah, sebuah rumah yang memang menjadi tempat tinggal kita, dan itulah kehidupan yang sebenarnya. Pesta hanya berjalan sebentar, hanya sekedar bertemu teman dan sanak keluarga, makan dan minum sekedarnya. Di pesta kita juga perlu bersikap baik terhadap sesama tetamu, demi keindahan dan persaudaraan dalam pesta secara keseluruhan. Setelah itu, pesta usai dan kita harus pulang.

Pesta bukanlah kehidupan kita yang sebenarnya. Kehidupan di rumahlah yang sebenarnya ..



menjelang tengah malam,
jakarta, 25 april 2010

Tidak ada komentar: